
Karena penasaran, petani itu mengikuti ke mana perginya kelabang putih. Ternyata, kelabang itu berjalan sampai ke danau di dekat rumah mereka. Anehnya, kelabang putih itu
menghilang begitu saja. Petani itu pun pulang dengan sedikit bingung.
Keesokan harinya, sang istri membangunkannya. “Semalam, aku bermimpi aneh,” ujarnya pada si petani.Istrinya lalu bercerita panjang lebar bahwa semalam dia bermimpi ada landak raksasa di dalam danau.“Landaknya besar sekali, aku ketakutan dan lari,” si istri bercerita dengan penuh semangat.
Petani itu jadi penasaran. Itu danau yang sama tempat kelabang putih menghilang. Maka, dia mendatangi lagi danau itu. Saat melongok ke dalam danau, petani itu menemukan sebuah patung landak yang terbuat dari emas. Patung itu amat indah, bahkan matanya terbuat dari berlian.Hati si petani sungguh girang. Dia membawa pulang patung landak itu.
Malam harinya, giliran si petani yang bermimpi. Dalam mimpinya, landak raksasa berkata kepadanya, ”Rawatlah aku, maka aku akan mengabulkan semua permintaanmu. Sebutkan saja apa permintaanmu, aku akan mengabulkannya Jika sudah tercukupi, kau harus mengelus kepalaku dan berkata cukup.” Saat terbangun, petani itu mencoba apa yang diajarkan landak dalam mimpinya. Ternyata benar. Saat petani mengusap kepala patung landak itu, keinginannya pun terkabul. Dalam sekejap, mereka menjadi orang kaya. Namun, mereka tidak sombong dan suka menolong orang lain
Kabar tentang keajaiban patung landak itu pun cepat menyebar. Seorang pencuri mendengar tentang patung itu dan berhasil mencurinya dari si petani. Kebetulan, saat itu di desa si pencuri sedang terjadi kekeringan. Pencuri itu hendak membawa patung landak ke desanya dan memintanya untuk mengeluarkan air. “Aku minta air yang berlimpah,” ujar si pencuri pada patung landak.Dalam sekejap, air mengalir dari mulut patung itu. Semua penduduk desa senang. Mereka menyambut gembira datangnya air itu.
Sekarang, penduduk desa sudah tercukupi kebutuhan airnya. Namun, patung itu terus mengeluarkan air. Si pencuri tak tahu bagaimana cara menghentikannya. Berkali-kali dia mengatakan, “Berhenti! Cukup!” tetapi patung landak itu bergeming. Air terus mengalir. Pencuri itu tak tahu bahwa dia harus mengelus kepala patung landak tersebut. Lama-kelamaan, desa itu pun kebanjiran. Para penduduk pun lari tunggang langgang. Mereka semua melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi. Si pencuri yang kebingungan pun akhirnya ikut lari. Dari atas bukit, mereka menyaksikan si patung landak terus mengeluarkan air hingga akhirnya desa mereka tenggelam. Air yang menenggelamkan desa inilah yang kemudian disebut dengan Sungai Landak.